Selasa, 03 April 2012

RESENSI FILM "STEP UP 3D"

Judul Film : STEP UP 3D
Genre       : Drama Official
Site          : http://www.stepupmovie.com
Sutradara : Jon M. Chu
Produksi  : Patrick Wachsberger, Erik Feig, Adam Shankman, Jennifer Gibgot
Penulis     : AmyAndelson, Emily Meyer (skenario), Duane Adler (karakter)
Pemain    : Rick Malambri, Adam Sevani, Sharni Vinson, Alyson Stoner, Keith “Remedy” Stallworth, Kendra Andrews, Stephen “Twitch” BossRun
Waktu     : 94 menit

         Film Step Up 3D bercerita tentang kelompok street dancer kota newyork city yang didalamnya terdapat Lukas (Malambri) , Natalie (vinson) dan Moose (Sevani). Dimana mereka akan bersaing dengan dancer hip pop terbaik didunia.
             Dengan disutradarai oleh Jon Chu, yang juga menjadi sutradara Step Up 2: The Streets (2008), Step Up 3D memang tidak menawarkan sesuatu peningkatan yang berarti jika dilihat dari sisi kualitas akting atau jalan cerita – pada beberapa titik bahkan dapat dikatakan naskah cerita film ini lebih buruk daripada pendahulunya. Namun apa yang ditampilkan film ini lewat susunan koreografi yang sangat memukau dan memanfaatkan teknologi 3D dengan sangat baik, dipastikan akan membuat siapa saja akan dapat menikmati film ini.
          Dengan memanfaatkan benang merah dari Step Up 2 sebelumnya cerita yang diambil dari karakter Moose (Adam Sevani) dan Camille (Alyson Stoner), Step Up 3D mengisahkan perjalanan keduanya untuk menuntut ilmu di New York University. Moose yang sudah berjanji meninggalkan dunia tari dan fokus dengan kuliahnya. Tetapi janji tersebut sudah ia langgar sejak hari pertama.
        Moose secara tidak sengaja bertemu Luke (Rick Malambri), pria yang menjadi ketua sekelompok penari jalanan yang di beri nama The Pirates. Pertemuan ini membuat Moose berhasrat untuk kembali menari dengan sembunyi-sembunyi, agar tidak diketahui oleh Camille, Moose mulai berlatih menari kembali bersama The Pirates. Luke sendiri saat ini sedang giat-giatnya melatih para penari tersebut agar dapat bertanding di ajang kontes tari tingkat dunia yaitu, World Jam. Di tengah-tengah berbagai sesi latihan tari itulah terjadi banyak drama dan kejadian yang akan menghalangi The Pirates untuk dapat memenangkan kontes tersebut.
         Berbagai koreografi tari yang ditampilkan di sepanjang film ini adalah daya tarik utama dari Step Up 3D. Dan jika hal tersebut adalah hal yang mampu menarik perhatian Anda, maka Step Up 3D mungkin akan menjadi film terbaik sepanjang tahun ini. Dengan tata koreografi film ini ditampilkan dengan sangat baik. Memanfaatkan teknologi 3D, koreografi ini menggunakan berbagai gerakan yang akan membuat setiap penontonnya merasa dapat berinteraksi langsung dengan para penari yang terdapat di dalam jalan cerita film.
       Ditambah dengan susunan lagu yang mampu menghidupkan suasana tari tersebut. Step Up semenjak awal memang sepertinya didedikasikan sebagai sebuah film yang akan membangkitkan hasrat menari setiap orang yang menyaksikannya. Hal ini tetap dipegang teguh oleh Step Up 3D.
       Masih ada naskah cerita dan kemampuan akting para pemerannya yang akan mencegah film ini untuk dapat disebut sebagai sebuah film yang sempurna. Step Up (2006) dan Step Up 2: The Streets memang adalah sebuah film yang sangat miskin plot cerita. Namun, siapa yang akan menyangka bahwa Step Up 3D akan menawarkan plot cerita yang lebih tipis dari kedua seri tersebut.
         Adam Sevani dan Alyson Stoner, yang telah muncul di seri sebelumnya, sama sekali tidak menunjukkan kualitas akting yang berubah. Mereka terlihat nyaman dengan karakterisasi Moose dan Camille yang telah dibentuk sebelumnya. Dua karakter utama lainnya yang diperankan oleh Rick Malambri dan Sharni Vinson mungkin akan terlihat lebih menarik, hanya karena konflik yang mereka hadapi lebih mendalam dari apa yang dialami karakter Moose dan Camille.
      Sutradara Jon Chu sepertinya telah sangat nyaman dengan hasil yang ia capai lewat Step Up 2: the Streets. Film ini tidak begitu menawarkan perubahan yang berarti. Jalan cerita yang ditawarkan begitu tipis sehingga terkadang terasa sebagai sesuatu yang terlalu dibuat-buat. Kemampuan akting para pemerannya juga masih terlihat amatir, walaupun tidak dapat dikategorikan sebagai sangat buruk. Sebaliknya, aneka tarian yang ditampilkan, yang diambil langsung oleh kamera 3D – dan bukan melalui proses konversi, serta deretan lagu yang diperdengarkan ternyata mampu menjadi bagian terbaik dari film ini dan memberikan efek yang cukup mengagumkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar